Jumat, 01 April 2011

PREDIKSI EKONOMI GLOBAL PADA 2011

NAMA  : LISTYAJI KUSPRIMADIYANTO
KELAS : 1 EB18
NPM     : 24210053



PREDIKSI EKONOMI GLOBAL PADA 2011


Pengamat ekonomi, Agustinus Prasetyantoko, mengatakan, perekonomian global pada 2011 masih dipenuhi ketidakpastian. "Kita berada dalam kondisi lanskap perekonomian global yang belum stabil," kata Agustinus Prasetyantoko dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Unika Atma Jaya Jakarta, di Jakarta Rabu.
Ketidakpastian ekonomi, kata Prasetyantoko, disebabkan karena ekonomi dunia sudah tua. Ketidakstabilan telah terjadi secara struktural sehingga semakin sulit untuk disembuhkan, oleh karena itu Prasetyantoko menyimpulkan bahwa ekonomi dunia berada dalam posisi yang sulit.
Prediksi sebelumnya pada Januari, IMF mematok angka 3,9 persen. China menjadi negara pendorong utama kenaikan pertumbuhan ekonomi global meski target pertumbuhan dari IMF tetap sebesar 10 persen.

Selain China, India juga dianggap sebagai penggerak ekonomi dunia pascakrisis ekonomi terburuk sejak Perang Dunia II. Ekonomi India diperkirakan tumbuh 8,8 persen, naik dari proyeksi IMF sebelumnya sebesar 7,7 persen.

Cuma, IMF mewanti-wanti soal kondisi utang negara-negara dunia yang makin mengkhawatirkan. Soalnya, kalau ada negara yang gagal bayar, dampaknya bakal negatif dan meluas ke belahan dunia lain.

Bank Indonesia (BI) menilai ada tiga risiko yang dapat menimbulkan ketidakseimbangan internal dan eksternal dalam perekonomian Indonesia.
Adapun ketiga risiko itu adalah; pertama, risiko dari ketidakseimbangan ekonomi global di mana melambatnya ekonomi negara maju dan moderasi akselerasi emerging market yang dapat menyebabkan menurunnya permintaan eksternal terhadap ekspor emerging market, termasuk Indonesia.
Kedua, derasnya aliran modal asing (capital inflow) dan isu perang kurs, di mana kebijakan quantitative easing tahap kedua dari AS akan mengakibatkan berlanjutnya aliran capital inflow yang deras dan tekanan apresiasi nilai tukar emerging market, termasuk rupiah. Sementara risiko ketiga, kuatnya permintaan domestik dan tekanan inflasi.
Menurut Perry, peningkatan permintaan domestik untuk mendorong pertumbuhan di emerging market termasuk Indonesia akan mendorong peningkatan tekanan inflasi, terutama bila respons sisi penawaran tidak secepat akselerasi sisi permintaan. "Sejumlah risiko perlu diwaspadai untuk menjaga keseimbangan internal dan eksternal agar peningkatan ekonomi nasional berkelanjutan," katanya dalam acara Proyeksi Ekonomi 2011 Indef,
Namun, Perry optimistis perekonomian 2010 dan 2011 cukup baik kendati tantangan cukup banyak, seperti inflasi, aliran dana asing, dan bagaimana meningkatkan kapasitas perekonomian.
Pemulihan ekonomi global sudah mulai kehilangan momentum dari pertengahan 2010 dan semua indikator menunjukkan titik lemah untuk pertumbuhan tahun depan, kata sebuah laporan PBB pada hari Rabu (1/12)
Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon menjawab pertanyaan saat briefing di Parlemen Eropa, di Strasbourg, 19 Oktober 2010.
"Kecepatan pemulihan mulai melambat pada pertengahan tahun ini, terutama karena kelemahan dalam negara maju utama. Kami belum menyediakan kayu bakar dan risiko utama masih menjulang," kata Robert Vos, direktur kebijakan pembangunan dan pembagian analisis Departemen Ekonomi dan Sosial (DESA) PBB.
Menurut PBB, perekonomian global diperkirakan akan tumbuh pada tingkat 3,1 persen di tahun 2011 dibandingkan dengan pertumbuhan yang diperkirakan dari 3,6 persen pada tahun 2010. Namun, PBB memperkirakan pertumbuhan sebesar 3,5 persen pada 2012.
Laporan proyek pertumbuhan ekonomi AS pada tahun depan 2,3 persen turun 0,3 persen dari perkiraan pada bulan Mei. Pertumbuhan di zona euro dan Jepang diperkirakan akan lebih lemah  menjadi 1,3 persen dan 1,1 persen.
Laporan tahunan berjudul 'Situasi Ekonomi dan Prospek Dunia 2011' (WESP) mengidentifikasi pengangguran yang tinggi, pengetatan fiskal, dan perang mata uang karena risiko utama untuk pemulihan ekonomi dunia tahun depan.
"Situasi keuangan global saat ini ditandai oleh melemahnya dolar, nilai tukar semakin stabil dan banyak "penunjukan" atas laju tersebut," ujar Vos.
Lebih lanjut, pemulihan global terluka oleh kurangnya kredit karena krisis perbankan dan penarikan stimulus di banyak negara, kata laporan itu.
Laporan tersebut menemukan bahwa tingkat pengangguran kembali ke tingkat sebelum krisis pada akhir kuartal pertama 2010, meskipun sudah mulai pulih dari paruh kedua tahun 2009.
Krisis keuangan global telah menyebabkan 30 juta orang kehilangan pekerjaan antara 2007 dan 2009. Ekonomi global masih membutuhkan setidaknya 22 lebih juta pekerjaan untuk tingkat lapangan kerja yang mencapai tingkat sebelum krisis.
Pertumbuhan output di negara berkembang yang terus mendorong pemulihan global, diperkirakan bisa moderat tahun depan. Ekonomi ini akan dipengaruhi oleh perlambatan di negara maju dan penarikan langkah stimulus, kata Vos.
Selain itu, kelebihan likuiditas dalam perekonomian global pindah ke negara-negara berkembang diperkirakan menimbulkan risiko arus modal yang mudah menguap dan mata uang yang kurang kompetitif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar