Sabtu, 02 April 2011

INFLASI


INFLASI

NAMA            : LISTYAJI KUSPRIMADIYANTO
KELAS           : 1 EB18
NPM               : 24210053


TULISAN SOFTSKILL

2.1. Pengertian Inflasi
Adalah proses kenaikan harga-harga umum batang-barang secara terus-menerus. Ini tidak bearti bahwa harga-harga berbagai macam barang itu nik dengan persentase yang sama. Mungkin dapat terjadi kenaikan tersebut tidaklah bersamaan. Yang penting terdapat kenaikan harga umum batang secara terus – menerus selama satu periode tertent. Kenaikan yang terjadi hanya sekali saja (meskipun dengan persentase yang cukup besar) bukanlah merupakan inflasi
Kenaikan harga ini diukur dengan menggunakan indeks harga. Beberapa indeks harga yang sering digunakan untuk mngukur inflasi antara lain :
  1. Indeks biaya hidup (consumer price index)
Indeks biaya hidup mengukur biaya atau pengeluran untuk membeli sejumlah barang dan jasa yang dibeli oleh rumah tangga untuk keperluan hidup.
2.      indeks harga perdagangan besar (wholesale pirce index)
indeks perdangangan besar meniti beratkan pada sejumlah barang pada tingkat pedangangan besar.
3.      GNP deflator
GNP deflator adalah jenis indeks yang lain. Berbeda dengan dua indeks di atas, dalam cakupan barangnya. GNP deflator mencakup jumlah barang dan jasa yang mencangkup dalam perhitungan GNP, jadi lebih banyak jumlahnya bila dibanding dengan dua indeks di atas GNP deflator diperoleh dengn membagi GNP nominal (diatas harga Berlaku) dengan GNP rill (atas dasar harga konstans)

2.2. Jenis jenis inflasi
 Jenis inflasi dapat dibedakan berdasarkan tingkat keparahan,sumber dan penyebab

1.      Jenis inlfalsi berdasarkan tingkat keparahan nya
Berdasarkan tingkat keparahannya,inflasi dapat dibedakan atas inflasi ringan,sedang,berat dan sangat berat.

a.       Inflasi ringan
Inflasi ringan adalah inflasi yang masih belum begitu menggangu keadaan ekonomi.inflasi ini masih mudah untuk dikendalikan,inflasi ringan berada di bawah 10%  per tahun.

b.      Inflasi sedang
Inflasi ini belum terlalu membahayakan kegiatan ekonomi tetapi inflasi ini sudah menurunkan kesejahteraan orang-orang yang berpenghasilan tetap,inflasi sedang berkisar antara 10%-30% per tahun.

c.       Inflasi berat
Inflasi ini sudah mengacaukan kondisi perekonomiaan, pada inflasi berat ini orang cenderung menyimpan barang dan pada umumnya orang enggan menabung karena bungga tabunganlebih rendah dari dari pada laju inflasi, inflasi berat berkisar antara 30%-100%  per tahun.

d.      Inflasi sangat berat
Inflasi ini sudah mengacaukan kondisi perekonomiaan dan susah dikendalikan walaupun dengan kebijakan moneter dan kebijakan fiscal, inflasi sangat berat berada di atas 100% per tahun.

2.      Jenis berdasarkan sumber nya
Berdasarkan sumbernya, inflasi dibedakan atas inflasi yang bersumber dari luar negeri dan inflasi yang bersumber dari dalam negeri.

a.       Inflasi yang bersumber dari luar negeri
Inflasi ini terjadi karena ada kenaikan harga di luar negeri.Dalam perdagangan bebas banyak Negara yang saling berhubungan dalam perdagangan, jika suatu Negara mengimpor barang dari Negara yang menggalami inflasi,maka otomatis kenaikan harga tersebut akan mempengaruhi harga-harga dalam negerinya sehingga menimbulkan inflasi.

b.      Inflasi bersumber dari dalam negeri
Inflasi yang bersumber dari dalam negeri dapat terjadi karena pencetakan uang baru oleh pemerintah atau penerapan anggaran defisit.inflasi di dalam negeri juga dapat terjadi karena gagal panen.


3.      Jenis inflasi berdasarkan penyababnya
Berdasarkan penyababnya, inflasi dapat dibedakan atas inflasi karena kenaikan permintaan dan inflasi karena kenaikan biaya produksi

a.       Inflasi karena kenaikan permintaan
Kenaikan barang terkadang tidak dapat di penuhi oleh produsen oleh karena itu,harga-harga akan cenderung naik,hal ini sesuai dengan hukum ekonomi “ jika permintaan naik sedangkan penawaran tetap,maka harga cenderung naik”.

b.      Inflasi karena kenaikan produksi
Kenaikan harga produksi menggakibatkan harga penawaran naik, sehingga dapat menimbulkan inflasi.

c.       Inflasi karena jumlah uang yang beredar bertambah
Jika jumlah barang tetap ,sedangkan ung beredar bertambah dua kali lipat.Penambahan jumlah uang yang beredar dapat terjadi kalau pemerintah  memakai sistem anggaran defisit.  
2.3. Teori Inflasi
1. Teori Kuantitas
Teori ini menyoroti hal-hal yang berperan dalam proses inflasi, yaitu jumlah uang yang beredar dan anggapan masyarakat mengenai kenaikan harga-harga. Inti dari teori kuantitas adalah sebagai berikut.
Inflasi yang bisa terjadi apabila ada penambahan volume uang yang beredar.
Tanpa ada kenaikan jumlah uang yang beredar, gagal panen misalnya hanya akan menaikan harga-harga untuk sementara waktu saja. Penambahan jumlah uang ibarat” bahan bakar” bagi api inflasi. Apabila jumlah uang bertambah, inflasi akan berhenti dengan sendirinnya.
Laju inflasi disebabkan oleh laju pertambahan jumlah uang beredar dan anggapan masyarakat mengenai harga-harga. Teori kuantitas ini di kemukankan oleh Irving Fisher. Adapun rumusnya sebagai berikut :

Keterangan :
M = Jumlah uang yang beredar
V = Kecepatan perputaran uang
P = Tingkat harga
T = Banyaknya transaksi
Di setiap transaksi, jumlah yang dibayarkan oleh pembeli ssama dengan jumlah uang yang diterima penjual. Hal ini berlaku untuk seluruh perekonomian.
Dalam periode tertentu nilai barang dan jasa yang dibeli harus sama dengan nilai barang dan jasa yang dijual. Nilai barang yang dijual sama dengan volume transaksi (T) di kalikan harga rata-rata barang tersebut (P).

2. Teori Keynes`
Menurut John Maynard Keynes,. Inflasi terjadi karena suatu masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan ekonominya. Keynes berpendapat, proses inflasi adalah proses perebutan bagian rezeki diantara kelompok-kelompok sosial yang menginginkan bagian yang lebih besar dari yang bisa disediakan oleh masyarakat tersebut. Oleh keynes proses perebutan ini diterjemahkan menjadi keadaan di mana permintaan masyarakat terhadap barang selalu melebihi jumlah barang-barang yang tersedia. Peristiwa tersebut menimbulkan apa yang disebut celah inflasi atau inflationary gap.

3. Teori Strukturalis
Teori ini didasarkan atas pengalaman di Negara-negara amerika latin. Teori ini memberikan perhatian yang besar terhadap struktur perekonomian Negara-negara sedang berkembang. Hal ini disebabkan inflasi dikaitkan dengan faktor-faktor struktural dari perekonomian.
Menurut teori ini, ada dua hal penting dalam perekonomian Negara-negara sedang berkembang yang dapat menimbulkan inflasi.

2.4. Menghitung Laju Inflasi
Untuk menghitung laju inflasi dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain sebagai berikut :
GNP Deflator
GNP deflator adalah rasio GNP (Gross National Product) nominal pada tahun tertentu terhadap GNP riil pada tahun tersebut. Hal ini memrupakan ukuran inflasi dari periode di mana harga dasar untuk menghitung GNP riil digunakan sampai GNP sekarang. Perhitungan cara ini melibatkan semua barang yang diproduksi.
GNP deflator dapat dihitung dengan rumus sebagai beriku :
GNP Deflator = (ΣP1.Q1)/ΣΡοQ1
Keterangan ;
Q1 = Jumlah barang pada tahun t
Po = Harga barang pada tahun dasar
P1 = Jumlah barang
Sedangkan untuk menghitung inflasi dengan menggunakan GNP deflator adalah :
LIt = (GNP.deflator1-GNP.deflator 1-1)/(GNP.deflator 1-1 )

2.5. Peraturan – peraturan
Dengan diberlakuakn UU No.23 Tahun 1999 tersebut, sejak tahun 2000 Bank Indonesia pada mulanya menetapkan sasaran inflasi pada awal tahun yang akan dicapai untuk tahun yang bersangkutan. Sasaran ditetapkan untuk inflasi yang diukur dengan indeks harga konsumen (IHK) dengan mengeluarkan dampak dari kenaikan harga-harga yang disebabkan oleh kebijakan pemerintah di bidang harga dan pendapatan (administered prices and Income policy). Sebagai
contoh, sasaran inflasi ditetapkan sebesar 3-5%.
Seperti dikemukakan diatas, penentuan sasaran inflasi dilakukan dengan memperhatikan prospek ekonomi makro dan karenanya didasarkan pada perkembangan dari proyeksi arah pergeraan ekonomi kedepan. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa terdapat ketidaksejalanan (trade-off) antara pencapaian inflasi yang rendah karena dapat menghambat pemulihan ekonomi nasional. Untuk itu dengan menggunakan model-model makro ekonomi yang dikembangkan, Bank indonesia menganalisis dan memproyeksi beberapa laju pertumbuhan ekonomi kedepannya, dengan berbagi komponen-komponen dan komposisinya yang didorong oleh sisi permintaan dan dari sisi penawaran. Dengan cara ini, dapat di ukur kecenderungan terjadinya kesengajaan antara besarnya permintaan dengan penawaran agregat (yang diukur dengan output potensial), atau yang sering disebut output gap ‘kesenjangan output’. Besarnya output gap inilah yang diperkirakan akann menentukan besarnya tekanan terhadap inflasi ke depannya.
Perubahan kewenangan terhadap sasaran inflasi tersebut diperkirakan tidak akan mengubah secara mendasar jenis dan besarnya sasran inflasi. Hal ini mengingat selama ini terjadi telah terjadi koordinasi yang baik antara pemerintah dan dan Bank Indonesia, khusunya dalam penetapan asumsi-asumsi variable ekonomi makro dalam proses penyusunan APBN yang didalamnya termasuk besarnya laju inflasi ke depan. Barangkali yang diperlukan adalah pembakuan mekanisme koordinasi yang selama ini telah terjalin antara pemerintah dan Bank Indonesia. Dengan cara demikian, tidak saja koordinasi dan komitmen antara pemerintah dan Bank Indonesia akan semakin tinggi, tetapi juga digunakan public dalam pencapaian sasran inflasi yang ditetapkan juga akan semakin besar.

2.6. Efek Yang Ditimbulkan Dari Inflasi
1. Efek terhadap Pendapatan (Equity Effect)
Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan tetapi ada pula yang diuntungkan dengan adanya inflasi. Seseorang yang memperoleh endapatan tetap akan dirugikan oleh adanya inflasi. Misalnya seorang yang memperoleh pendapatan tetap Rp. 500.000,00 per tahun sedang laju inflasi sebesar 10%, akan menderita kerugian penurunan pendapatan riil sebesar laju inflasi tersebut, yakni Rp. 50.000,00.
2. Efek terhadap Efisiensi (Efficiency Effects)
Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi. Perubahan ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai macam barang yang kemudian dapat mendorong terjadinya perubahan dalam produksi beberapa barang tertentu sehingga mengakibatkan alokasi factor produksi menjadi tidak efisien.
3. Efek terhadap Output (Output Effects)
Dalam menganalisa kedua efek diatas (Equity dan Efficiency Effects) digunakan suatu anggapan bahwa output tetap. Hal ini dilakukan supaya dapat diketahui efek inflasi terhadap distribusi pendapatan dan efisiensi dari jumlah output tertentu tersebut.
4. Inflasi dan Perkembangan Ekonomi
Inflasi yang tinggi tingkatnya tidak akan menggalakkan perkembangan ekonomi. Biaya yang terus menerus naik menyebabkan kegiatan produktif sangat tidak menguntungkan. Maka pemilik modal biasanya lebih suka menggunakan uangnya untuk tujuan spekulasi. Antara lain tujuan ini dicapai dengan pembeli harta-harta tetap seperti tanah, rumah dan bangunan. Oleh karena pengusaha lebih suka menjalankan kegiatan investasi yang bersifat seperti ini, investasi produktif akan berkurang dan tingkat kegiatan ekonomi menurun. Sebagai akibatnya lebih banyak pengangguran akan wujud.
5. Inflasi dan Kemakmuran Masyarakat
Disamping menimbulkan efek buruk ke atas kegiatan ekonomi negara, inflasi juga akan menimbulkan efek-efek yang berikut kepada individu kepada masyarakat :
a) Inflasi akan menurunkan pendapatan riil orang-orang yang berpendapatan tetap.
b) Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang.
c) Memperburuk pembagian kekayaan.

2.7. Penyebab Inflasi, dapat dibagi menjadi :
  1. Demand Side Inflation, yaitu disebabkan oleh kenaikan permintaan agregat yang melebihi kenaikan penawaran agregat

  1. Supply Side Inflation, yaitu disebabkan oleh kenaikan penawaran agregat yang melebihi permintaan agregat

  1. Demand Supply Inflation, yaiti inflasi yang disebabkan oleh kombinasi antara kenaikan permintaan agregat yang kemudian diikuti oleh kenaikan penawaran agregat,sehingga harga menjadi meningkat lebih tinggi


  1. Supressed Inflation atau Inflasi yang ditutup-tutupi, yaitu inflasi yang pada suatu waktu akan timbul dan menunjukkan dirinya karena harga-harga resmi semakin tidak relevan

2.8. Cara Mencegah Inflasi
Dengan menggunakan Irving Fisher MV = PT, dapat dijelaskan bahwa inflasi timbul karena MV naik lebih cepat daripada T. Oleh karena itu maka untuk mencegah terjadinya inflasi maka salah satu variabel (M atau V) harus dikendalikan. Cara mengatur variabel M,V dan T tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan kebijaksanaan moneter, fiskal atau kebijaksanaan yang menyangkut kenaikan produksi.
1. Kebijaksanaan Moneter
Sasaran kebijaksanaan moneter dicapai melalui pengaturan jumlah uang beredar (M). Salah satu komponen jumlah uang adalah uang giral (demand deposito). Uang giral dapat terjadi melalui dua cara pertama apabila seseorag memasukkan uang kas ke bank dalam bentuk giro kemudian yang kedua apabila seseorang memperoleh pinjaman dari bank tidak diterima kas tetapi dalam bentuk giro. Instrumen lain yang dapat dipakai untuk mencegah inflasi adalah politik pasart terbuka (jual/beli surat berharga). Dengan cara menjual surat berharga bank sentral dapat menekan perkembangan jumlah uang beredar sehingga laju inflasi dapat lebih rendah.
2. Kebijaksanaan Fiskal
Kebijaksanaan fiskal menyangkut pengaturan tentang pengeluaran pemerintah serta perpajakan yang secara langsung dapat mempengaruhi permintaan total dan dengan demikian akan mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui penurunan permintaan total. Kebijaksanaan fiskal yang berupa pengurangan pengeluaran pemerintah serta kenaikan pajak akan dapat mengurangi permintaan total, sehingga inflasi dapat ditekan.
3. Kebijaksanaan yang Berkaitan dengan Output
Kenaikan output dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah output ini dapat dicapai misalnya dengan kebijaksanaan penurunan bea masuk sehingga impor barang cenderung meningkat. Bertambahnya jumlah barang didalam negeri cenderung menurunkan harga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar