Kamis, 07 April 2011

Data statistik PDB tahun mutahir berdasarkan dan bandinganperan sektor industri dengan sektor lainnya



NAMA                       : LISTYAJI KUSPRIMADIYANTO
KELAS                      : 1 EB18
NPM                           : 24210053


TUGAS  KE 5  ( MINGGU KE 9 )     

Data statistik PDB tahun mutahir berdasarkan dan bandingankan peran sektor industri dengan sektor lainnya
1. Konsep dan tujuan industialisasi
Konsep industrialisasi berawal dari revolusi industri pertama pada pertengahan abad ke-18 di Inggris, yang ditandai dengan penemuan metode baru untuk permintalan, dan penemuan kapas yanng mencipatakan spesialisasi dalam produksi, seta peningkatan produktivitas dari faktor produksi yang digunakan.
Tujuan pembangunan industri nasional baik jangka menengah maupun jangka panjang ditujukan untuk mengatasi permasalahan dan kelemahan baik di sektor industri maupun untuk mengatasi permasalahan secara nasional, yaitu :
1) Meningkatkan penyerapan tenaga kerja industri.
2) Meningkatkan ekspor Indonesia dan pember-dayaan pasar dalam negeri.
3) Memberikan sumbangan pertumbuhan yang berarti bagi perekonomian.
4) Mendukung perkembangan sektor infrastruktur.
5) Meningkatkan kemampuan teknologi.
6) Meningkatkan pendalaman struktur industri dan diversifikasi produk.
7) Meningkatkan penyebaran industri.


Faktor-faktor pendorong industrialisasi

a) Kemampuan teknologi dan inovasi
b) Laju pertumbuhan pendapatan nasional per kapita
c) Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam negeri. Negara yang awalnya memiliki industri dasar/primer/hulu seperti baja, semen, kimia, dan industri tengah seperti mesin alat produksi akan mengalami proses industrialisasi lebih cepat
d) Besar pangsa pasar DN yang ditentukan oleh tingkat pendapatan dan jumlah penduduk. Indonesia dengan 200 juta orang menyebabkan pertumbuhan kegiatan ekonomi
e) Ciri industrialisasi yaitu cara pelaksanaan industrialisasi seperti tahap implementasi, jenis industri unggulan dan insentif yang diberikan.
f) Keberadaan SDA. Negara dengan SDA yang besar cenderung lebih lambat dalam industrialisasi
g) Kebijakan/strategi pemerintah seperti tax holiday dan bebas bea masuk bagi industri orientasi ekspor.

Perkembangan sektor industri manufaktur nasional

Sesuai sifat lamiah dari prosesnya, industri dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu industri primer atau hulu yang mengolah output dari sektor pertambangan manjadi bahan baku siap pakai untuk kebutuhan proses produksi pada tahap-tahap selanjutnya, dan industri sekkunder atau industri manufaktur yang terdiri dari industri tengah yang membuat barang-barang modal, barang-barang stengah jadi dan alat-alat produksi, serta industri hilir yang membuat barang-barang jadi yanng kebanyakan adalah barang-barang konsumen rumah tangga.

Dampak serta peran industrialisasi

Dampak positif industrialisasi dalam konteks globalisasi saat ini telah diketahui yakni meningkatkan produktivitas melalui peningkatan efisiensi. Namun dampak negatifnya masih banyak diperdebatkan orang, terutama kaitannya dengan kerusakan lingkungan. Ketika sebuah bangsa menggantungkan hidupnya kepada pertanian, maka masalah kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh masyarakat yang hidup dengan bertani belum begitu mengemuka dalam berbagai pembahasan. Lain masalahnya, ketika proses industrialisasi tengah berjalan, maka dampak positifnya rakyat banyak tak lagi terlalu menggantungkan hidupnya pada sumber alam yang langsung digali atau dimanfaatkan.
Peranan sektor industri dalam produksi nasional pada tahun 1990 cukup meningkat. Hal ini ditandai dengan sumbangannya sebesar 21% ke dalam produk domestik bruto (PDB), ini berarti telah melampaui sumbangan sektor pertanian sebesar 19%. (Hartanto, 1995). Selanjutnya berdasarkan data tahun 2000, besar komposisi perbandingan sumbangannya terhadap PDB adalah 30% industri dengan 10% pertanian (LPE-IBII, 2002).

Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah)

Lapangan Usaha
2004
2005
2006
2007
2008*
2009**
3. Industri Pengolahan
644,342.6
760,361.3
919,539.3
1,068,653.9
1,380,713.1
1,480,905.4
a. Industri Migas
94,263.4
138,440.9
172,094.9
182,324.3
242,043.0
213,706.5
1). Pengilangan Miyak Bumi
59,062.0
89,629.6
117,952.2
122,118.3
148,564.3
132,145.0
2). Gas Alam Cair (LNG)
35,201.4
48,811.3
54,142.7
60,206.0
93,478.7
81,561.5
b. Industri Bukan Migas
550,079.2
621,920.4
747,444.4
886,329.6
1,138,670.1
1,267,198.9
1). Industri Makanan, Minuman dan Tembakau
163,553.7
177,753.1
212,738.0
264,100.5
346,185.6
420,629.2
2). Industri Tekstil, Barang dari Kulit dan Alas Kaki
71,474.1
77,087.2
90,116.5
93,598.4
104,829.7
116,482.8
3). Industri Kayu dan Produk Lainnya
31,225.9
35,247.5
44,602.6
54,880.9
73,196.2
80,134.5
4). Industri Produk Kertas dan Percetakan
31,036.3
33,898.8
39,637.0
45,403.1
51,912.3
61,110.4
5). Industri Produk Ppuk, Kimia dan Karet
64,012.6
76,213.6
94,078.8
110,769.6
154,117.2
162,658.1
6). Industri Produk Semen dan Penggalian Bukan Logam
21,588.3
24,589.1
29,013.3
32,814.3
40,178.7
43,482.2
7). Industri Logam Dasar Besi dan Baja
16,154.6
18,382.7
20,687.0
22,907.7
29,213.1
26,732.6
8). Industri Peralatan, Mesin dan PerlengkapanTransportasi
145,971.3
172,957.1
209,460.1
254,278.4
329,911.7
346,157.3
9). Produk Industri Pengolahan Lainnya
5,062.4
5,791.3
7,111.1
7,576.7
9,125.6
9,811.8

Permasalahan industrialisasi :
a. Keterbatasan teknologi dan SDM
b. Masalah struktur organisasi
5. Strategi pembangunan sector industry:
Strategi subtitusi impor dan stategi promosi ekspor

Rabu, 06 April 2011


NAMA                       : LISTYAJI KUSPRIMADIYANTO
KELAS                      : 1 EB18
NPM                           : 24210053


TUGAS  KE 4  ( MINGGU KE 8 )      


Data statistik PDB tahun mutahir dan peran sektor pertanian dengan sektor lain
Sektor pertanian di Indonesia:
Sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 20.05 persen, dan industri pengolahan 12,29 persen. Pertumbuhan tenaga kerja dari 1998 sampai 2008 untuk sektor pertanian 0.29 persen, perdagangan, hotel dan restoran sebesar 1,36 persen, dan industri pengolahan 1,6 persen.

Sedangkan pertumbuhan besar untuk tenaga kerja ada di sektor keuangan, asuransi, perumahan dan jasa sebesar 3,62 persen, sektor kemasyarakatan, sosial dan jasa pribadi 2,88 persen dan konstruksi 2,74 persen. Berdasarkan data ini, sektor pertanian memang hanya memiliki pertumbuhan yang kecil, namun jumlah orang yang bekerja di sektor itu masih jauh lebih banyak dibandingkan dengan sektor keuangan, asuransi, perumahan dan jasa yang pertumbuhannya paling tinggi.

Data ini juga menunjukkan peran penting dari sektor pertanian sebagai sektor tempat mayoritas tenaga kerja Indonesia memperoleh penghasilan untuk hidup. Sesuai dengan permasalahan di sektor pertanian yang sudah disampaikan di atas, maka kita mempunyai dua strategi yang dapat dilaksanakan untuk pembukaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia di masa depan.
Nilai tukar pertanian:
Sektor pertanian merupakan sektor utama pendorong pertumbuhan ekonomi, khsusunya di Provinsi Nsua Tenggara Timur. Untuk melihat keberhasilan pembangunan sektor pertanian maka selain data tentang pertumbuhan ekonomi juga diperlukan data pengukur tingkat kesejahteraan penduduk khususnya petani. Salah satu indikator yang bisa dipakai untuk melihat kesejahteraan petani adalah indeks nilai tukar petani (NTP). Indeks NTP ini mempunyai kegunaan untuk mengukur kemampuan tukar produk yang dijual petani dengan produk yang dubutuhkan petani dalam berproduksi dan konsumsi barang dan jasa untuk keperluan rumah tangga.
Beberapa fungsi atau kegunaan nilai tukar petani antara lain:
1. Berdasarkan sektor konsumsi rumah tangga dalam indeks harga yang dibayar petani, dapat dilihat fluktusi harga barang-barang yang dikonsumsi oleh petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat.
2. Berdasarkan indeks harga yang diterima petani dapat dilihat fluktuasi harga barang-barang yang dihasilkan petani. Indeks ini dipakai sebagai data penunjang dalam penghitungan pendapatan sektor pertanian.
3. Nilai tukar petani berguna untuk mengukur kemampuan tukar produk yang dijual petani dengan produk yang dibutuhkan petani dalam memproduksi. Dengan demikian NTP dapat dipakai sebagai salah satu indikator dalam menilai kesejahteraan petani
Akurasi Data Statistik Dorong Masuknya Investasi
Akurasi data pertumbuhan ekonomi yang tersaji dalam laporan rutin Badan Pusat Statistik (BPS) menjadi acuan investor untuk menanamkan modal di Tanah Air.

Untuk mendorong masuknya investasi dalam dan luar negeri, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menjalin kerjasama dengan BPS pertukaran data dan informasi statistik penanaman modal.

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Gita Wirjawan mengatakan, kerja sama itu mengupayakan agar data statistik penanaman modal dapat memberikan gambaran yang lebih akurat tentang kegiatan penanaman modal di Indonesia.

"Kerja sama tersebut meliputi hal-hal menyangkut statistik penanaman modal mulai dari pemetaan konsep statistik penanaman modal, sinkronisasi data statistik, pengumpulan data dan informasi, evaluasi data dan informasi hingga peningkatan kapasitas SDM di bidang statistik penanaman modal. Bersama BPS, kami bisa melakukan pengumpulan data secara sistematis, pertukaran serta evaluasi data secara kolektif," kata Gita pada acara penandatanganan nota kespahaman (memorandum of understanding/MoU) BKPM dengan BPS di Jakarta, akhir pekan lalu.

Menurut Gita, Saat ini terdapat empat jenis data statistik kegiatan penanaman modal yaitu Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dari statistik Produk Domestik Bruto (PDB) yang disusun BPS.

Selanjutnya, perkembangan rencana dan realisasi penanaman modal yang disusun BKPM, foreign direct investment (investasi asing langsung) bagian dari statistik neraca pembayaran yang disusun oleh Bank Indonesia dan Statistik kegiatan investasi portofolio yang disusun Bursa Efek Indonesia, serta statistik kegiatan penanaman modal dari sudut tertentu sesuai dengan fungsi yang diemban masing-masing lembaga.

"Upaya menselaraskan data realisais investasi dengan PMTB telah mulai dilakukan BKPM dengan mengganti statistik realisasi penanaman modal yang semula bersumber dari Izin Usaha menjadi data Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM)," ujar Gita.

Sementara itu, Kepala BPS Rusman Heriawan mengatakan, BPS sangat membutuhkan data BKPM untuk penyusunan informasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) periode triwulanan maupun tahunan. Data BKPM tersebut, juga sebagai bahan penyusunan PMTB untung penghitungan komponen PDB.

"Kerja sama ini juga dapat menjadi ukuran kualitas PMTB dikaitkan dengan investasi, baik yang dilakukan pemerintah maupun investasi swasta. Pada 2011 BKPM menargetkan investasi masuk hingga Rp 240 triliun, meningkat 15 persen dibanding realisasi investasi 2010," kata Rusman. (Jaz/OL-3)

. Sektor pertanian di Indonesia:
Sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 20.05 persen, dan industri pengolahan 12,29 persen. Pertumbuhan tenaga kerja dari 1998 sampai 2008 untuk sektor pertanian 0.29 persen, perdagangan, hotel dan restoran sebesar 1,36 persen, dan industri pengolahan 1,6 persen.

Sedangkan pertumbuhan besar untuk tenaga kerja ada di sektor keuangan, asuransi, perumahan dan jasa sebesar 3,62 persen, sektor kemasyarakatan, sosial dan jasa pribadi 2,88 persen dan konstruksi 2,74 persen. Berdasarkan data ini, sektor pertanian memang hanya memiliki pertumbuhan yang kecil, namun jumlah orang yang bekerja di sektor itu masih jauh lebih banyak dibandingkan dengan sektor keuangan, asuransi, perumahan dan jasa yang pertumbuhannya paling tinggi.

Data ini juga menunjukkan peran penting dari sektor pertanian sebagai sektor tempat mayoritas tenaga kerja Indonesia memperoleh penghasilan untuk hidup. Sesuai dengan permasalahan di sektor pertanian yang sudah disampaikan di atas, maka kita mempunyai dua strategi yang dapat dilaksanakan untuk pembukaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia di masa depan.

Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah)

Lapangan Usaha
2004
2005
2006
2007
2008*
2009**
1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan
329,124.6
364,169.3
433,223.4
541,931.5
716,065.3
858,252.0
a. Tanaman Bahan Makanan
165,558.2
181,331.6
214,346.3
265,090.9
349,795.0
418,963.9
b. Tanaman Perkebunan
49,630.9
56,433.7
63,401.4
81,664.0
105,969.3
112,522.1
c. Peternakan
40,634.7
44,202.9
51,074.7
61,325.2
82,676.4
104,040.0
d. Kehutanan
20,290.0
22,561.8
30,065.7
36,154.1
40,375.1
44,952.1
e. Perikanan
53,010.8
59,639.3
74,335.3
97,697.3
137,249.5
177,773.9




Investasi di sektor pertanian:
Sektor pertanian masih memegang peranan penting bagi perekonomian nasional. Setidaknya ada tiga hal yang dapat dijadikan alasan. Pertama, Indonesia merupakan negara berkembang yang masih relatif tertinggal dalam penguasaan Iptek muktahir serta masih menghadapi kendala keterbatasan modal, jelas belum memiliki keunggulan komparatif (comparative advantage) pada sektor ekonomi yang berbasis Iptek dan padat modal. Oleh karena itu pembangunan ekonomi Indonesia sudah selayaknya dititikberatkan pada pembangunan sekto r-sektor ekonomi yang berbasis pada sumberdaya alam, padat tenaga kerja, dan berorientasi pada pasar domestik. Dalam hal ini, sektor pertanianlah yang paling memenuhi persyaratan.
Kedua, menurut proyeksi penduduk yang dilakukan oleh BPS penduduk Indonesia diperkirakan sekitar 228-248 juta jiwa pada tahun 2008-2015. Kondisi ini merupakan tantangan berat sekaligus potensi yang sangat besar, baik dilihat dari sisi penawaran produk (produksi) maupun dari sisi permintaan produk (pasar) khususnya yang terkait dengan kebutuhan pangan. Selain itu ketersedian sumber daya alam berupa lahan dengan kondisi agroklimat yang cukup potensial untuk dieksplorasi dan dikembangkan sebagai usaha pertanian produktif merupakan daya tarik tersendiri bagi para investor untuk menanamkan modalnya.
Ketiga, sektor pertanian tetap merupakan salah satu sumber pertumbuhan output nasional yang penting. Keempat, sektor pertanian memiliki karakteristik yang unik khususnya dalam hal ketahanan sektor ini terhadap guncangan stru ktural dari perekonomian makro. Mengingat pentingnya peranan sektor pertanian dalam perekonomian nasional tersebut sudah seharusnya kebijakan -kebijakan negara berupa kebijakan fiskal, kebijakan moneter, serta kebijakan perdagangan tidak mengabaikan potensi sektor pertanian. Bahkan dalam beberapa kesempatan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan pentingnya sektor pertanian dengan menempatkan revitalisasi pertanian sebagai satu dari strategi tiga jalur (triple track strategy) untuk memulihkan dan membangun kembali ekonomi Indonesia. Salah satu tantangan utama dalam menggerakan kinerja dan memanfaatkan sektor pertanian ini adalah modal atau investasi. Pengembangan investasi di sektor pertanian diperlukan untuk dapat memacu pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan petani, serta pengembangan wilayah khususnya wilayah perdesaan.